Selasa, 19 April 2011

REZA RENA

Aku bertemu dengannya untuk pertama dan terakhirnya pukul enam sore, diangkot itu hanya ada kami berdua. seperti biasa layaknya penumpang angkot lainnya, hanya melihat sepintas lalu melanjutkan lamunannya masing-masing. tapi berbeda dengannya, lima belas menit berlalu dia melirikku seperti meneliti. dan tanpa ku duka dia membuka pembicaraan yang mengejutkanku.

"patah hati itu wajar kok mb..."

aku melihatnya dengan rasa kaget dan sedikit melongo dan tersenyum dengan terpaksa. tau dari mana ini orang? sok tau pikirku.

"hah,,, ia saya tau dari raut muka mb, saya bukannya sok tau, tapi siapapun yang melihat raut muka mbak, pasti tahu mb.."

tenang perkataannya tapi meyiratkan kebenaran, aku semakin terpana. mungkinkah dia paranormal?

"ini untuk mbak, jangan khawatir itu semua tulisan-tulisan saya"

dia mengambil sebuah buku diary kecil dari tas ransel yang ada di pangkuannya.

"kenapa memberikan buku ini kepada saya?"

"karena saya merasa mbak yang pantas menerima ini semua"

"saya? tapi kita belum saling kenal, bertemupun baru satu kali ini"

"pertemuan pertama akan menghasilkan pertemuan selanjutnya mbak, tetapi tetap saja akan diakhiri dengan perpisahan, begitulah siklus kehidupan"

aku terima buku diary bersampul biru pekat itu, seketika ingin ku buku dia menahan tangan ku.

"jangan dibuka dulu mbak, nanti saja"

aku terpana sekali lagi, hei apa yang kamu lakukan? memegang tanganku? seketika dia lepaskan pegangan tangannya yang hangat itu ketika melihat mataku yang mendelik tajam terhadap pegangan tangannya yang erat dan hangat.

"maaf..."

sautnya halus. aku hanya mengangguk. kemudian dia ulurkan tangannya dan berkata 

"Reza.."

aku semakin terpana (lagi!), apa yang sebenarnya akan dilakukan orang ini? menculikku? salah satu jenis pembunuh berdarah dingin kah dia? atau jangan jangan dia... ahhh ku hilangkan semua pikiran burukku. mencari jalan aman ku sambut uluran tangannya namun cepat-cepat pula ku tarik tanganku.

"Rena.."

"wah nama kita mirip ya hanya dibedakan satu huruf saja, N dan Z."

terlihat sekali aku tersenyum dengan terpaksa. dalam hati ku berkata 'Tuhan jika ini saatnya aku pergi meninggalkan dunia ini ku mohon ledakkan angkot ini, hindari aku dari pembunuhan aku tidak ingin esok pagi semua media masa memberitakan aku, dan hei kemana para penumpang lainnya? kenapa tidak ada yang menaiki angkot?'.

"tenang mb saya orang baik, saya nggak akan mencelakakan dan membunuh mbak kok... hahahha"

Hah?mataku terbelalak, aku hanya mengangguk dan mulutku membentuk huruf  'O'.  tak lama dia menekan bell yang ada diangkot bertanda dia akan turun.

"saya duluan ya mbak.."

sekali lagi aku hanya mengangguk. setelah dia membayar ongkos angkot kembali dia memunculkan mukanya ke jendela angkot lalu berkata kepadaku :

"dia juga mencintai mbak, tenang saja"

       Kemuadia dia masuk ke lorong tempat dia turun dari angkot, ada desiran halus yang menyentuh hatiku. ntah lah rasa bingung dan terkejut masih menaungi ku ditambah lagi semua perkataan dia tadi. bagaimana mungkin dia tau semua yang terjadi padaku saat ini? sesaat kemudian akupun turun dari angkot, sepanjang lorong menuju rumah mataku tertuju dengan buku diary berwarna biru pekat ini. apa yang ada didalam buku ini?
       Mengapa harus aku yang diberikan buku ini? tapi aku putuskan untuk membacanya nanti setibanya dirumah. malam menjelang, aku masihh tidak mempercayai apa yang terjadi di angkot tadi? bagaimana mungkin ini terjadi? apa ada yang merencanakan ini semua? tapi siapa? pikiranku melayang, seketika kembali mataku menatap buku diry berwarna biru pekat itu. Oh ya,,, mungkin aku akan mendapatkan jawabannya ketika aku membaca semua isi buku diary ini.
      Kubuka halaman pertama, bercak darah. mataku terbelalak, ada tanda bercak darah berbentuk hati.
tapi.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar