Minggu, 13 Mei 2012

untukmu warna cintaku

Akhirnya aku lihat senyum itu lagi
untuk kedua kalinya
dua dalam tiga tahun
Ya... alam baru memberikan aku dua kali
 kesempatan untuk melihatnya
sungguh 
sungguh menentramkan hatiku 
tatapan mata itu lurus menatapku
menghangatkan dinginnya hati
membangkitkan senyum 

Tahukah kau bila dulu
aku selalu meminta yang terbaik
yang menggantung kepada Tuhan
 padahal
yang kuinginkan selalu bersamanya.

DAN...
karena mintaku yang menggantung.
Dia pilihkan aku jalan yang terbaik
membuatnya bersama wanita lain
membuatku merasakan sakit dalam tawa
membuatku menangis dalam kehangatan.

Tak ingin ku ulangi kesalahan itu
kini ku kembali meminta.
berterus terang 
ku katakan apa yang sebenarnya ku inginkan
dan aku berdoa padaNya agar kau 
halal bagiku
imam yang menuntunku ke surga
jodoh dunia akhiratku
menjadi milikku seutuhnya
ayah untuk anak-anakku kelak...

jelas sudah
semoga malaikat langit dan bumi mengamini
untukmu warna cintaku
yang selalu bersemayam di palung hati

Kamis, 10 Mei 2012

DIARY~ADAMNYA WANITANYA~

Cinta, semua indah bagi yang memilikinya. semua orang pun pasti memiliki cerita cinta. sedih, suka, senang, haru semua menjadi satu membentuk cerita cintanya sendiri-sendiri. ada yang berakhir bahagia karena semesta mendukungnya. ada yang berakhir tak sesuai apa yang diharapkan karena rencana Tuhan yang lebih indah. begitupun aku. ya, cerita cintaku tak ada yang tahu dengan pasti. hanya aku, diary dan Tuhan yang tahu.

sebelum aku memulainya ada sedikit cerita cinta. ini pendapatku silahkan saja menilainya. hmmm begini, aku agak sulit memulainya. takut maksud tidak tersampaikan. tapiii.... mari dicoba.

begini, akhir-akhir ini aku memperhatikan kalau orang yang menjalin pacaran sering sekali berjanji untuk memakai warna baju yang sama atau setipe biar dibilang mereka memang pasangan yang serasi. tapi itu semua karena di paksakan, direncanakan dan itu bukan cinta menurut ku. karena cinta itu kan suatu yang alami berasal dari semesta dan relung hati. jika warna baju saja 'dipaksakan' untuk sama demi kata serasi, bagaimana nanti hubungan kedepan dan lainnya? akan 'dipaksakan' juga? ya mungkin sepele, dan mungkin ada yang menganggap ini masalah kecil yang selalu dibesar-besarkan. tapi aku menulis ini bukan untuk membesar-besarkan masalah tersebut. aku baru saja memperhatikan mereka. 

Ya, mereka dua orang teman dekatku, adam dan hawa itu. mereka tidak pernah saling sapa. jangankan saling sapa menatap saja mungkin sungkan. tiga tahun aku mengenal mereka dan yang ku dapati selama ini cukup mencengangkan. tiga tahun tanpa tegur sapa, tidak ada tawa, tidak ada interaksi, tidak ada tatapan mata. namun mereka selalu memakai warna baju yang sama dan setipe, kesamaan lain mereka memiliki kesamaan minat. dimana ada perkumpulan, atau bila disediakan pilihan mereka selalu memilih hal yang sama. padahal tak pernah sedetikpun, seujung kuku pun tak pernah mereka berjanji untuk melakukan kesamaan itu. hingga 'gosip' beredar. 

namun apa mau dikata, walau semua mendukung, mereka bergeming hingga saat ini cinta mereka belum bersatu. mungkin ada kuasa Tuhan dalam cerita cinta mereka, semua tidak ada yang tahu sampai mungkin waktunya tiba. walau mereka hanya diam, saling menatap tapi entah mengapa aku merasa tahu apa yang dirasakan temanku. aku putuskan untuk bertanya padanya "apa semua yang terjadi direncanakan? kenapa kalian berdua selalu melakukan hal yang sama? dan pilihan-pilihan itu, bagaimana mungkin tiga tahun kalian lakukan itu? tidakkah kalian lelah?". dan dia menjawab santai, semua pertanyaanku dijawabnya. "tidak sedikitpun aku berusaha merencanakannya, itu semua terjadi secara alami. termasuk semua yang kami lakukan. dan lelah? haruskah ku jawab itu semua? tidakkah kau tahu jawabannya dari dulu?". aku terdiam, merasa bodoh, tentu saja dia tidak lelah. aku tahu sahabatku ini. dia menikmati semua permainan ini. dia tak pernah inginkan perubahan, terlebih bila dia telah merasa itu akan lebih baik. mengapa kau tidak mencoba menegurnya saja? kaliana kaku hanya karena tidak pernah mencoba untuk berbicara dan memulainya saja. nanti kalau terbiasa pasti akan lebih baik". aku mencoba memikirkan kembali adakah kesalahan dalam ku berkata tadi. dia terdiam cukup lama. tiga menit kemudian dia baru menjawab pertanyaanku. "telah ku coba, dan aku hanya dapat terdiam setiap kali ingin mencobanya, lagi pula kau tahukan aku menikmatinya dan aku tidak suka perubahan". hatiku nelangsa mendengar jawaban itu terlalu singkat bagiku, dan cukup menjelaskan bagiku. walau aku melihat gurat kesedihan dalam wajah dan matanya. 

esoknya aku menemui sang adam. yaah, gayanya yang santai dan tak banyak omong sama seperti sahabatku itu. setelah berbasa-basi sedikit aku alihkan pembicaraan kami. "tidakkah kau sadar kalian memiliki kesamaan yang sangat banyak? mengapa tidak saling bertegur sapa saja?". dia sedikit refleks dengan pertanyaanku. "dia siapa?". "tak usah malu padaku, kau tahu siapa yang kumaksud, siapa lagi kalau bukan sahabatku itu". dia memalingkan mukanya. menarik napas dalam, memejamkan mata beberapa detik lalu menarik napas lagi dan berkata "yah, aku tahu itu semua. semua yang terjadi begitu saja terjadi. bertegur sapa?" dia memalingkan muka kepadaku dan melanjutkan perkataannya "aku tak tahu, tenggorokkanku kering, lidahku kelu....... dan kau tahu aku hanya mampu menjaganya lewat tatapan. kami diam bukan berarti kami tak bicara. kami berbicara melalui warna dan kau tahu itukan?". aku mengangguk aku tahu. aku merasa iba dan kasihan dengan dua sahabat ku ini. karena olok-olokkan mereka menjadi jauh untuk membuktikan bahwa tidak ada apa-apa diantara mereka. mereka memilih menjauh dan diam. dan mereka terjebak dalam pilihan mereka sendiri. takdir Tuhan tak ada yang tahu. bahwa walau kasat mata mereka menjauh Tuhan membuat mereka berbicara melalui hati. warna baju yang selalu sama. kalaupun tidak pasti memakai motif-motif yang sama. belakangan aku tahu mereka selalu memakai baju putih setiap hari rabu.

Ada rasa kecewa bila hari itu mereka tak sama. melalui kegiatan-kegiatan yang tidak disangka-sangka, mereka selalu beriringan. mereka yang selalu menjaga perasaan satu sama lain. semua, semuanya diatur oleh Tuhan dengan sangat indah dan halus yang tak dapat tercium oleh hambaNya yang hanya memandang dengan mata. "lalu mau sampai kapan?". "sampai dia menemukan penggantiku". aku membantin dalam diri. dua orang aneh yang cocok. sama-sama suka tapi menyulitkan diri sendiri. "apa yang kau pikir bila dia tidak memakai warna yang sama denganmu?". "sakit, dan kurasa dia telah memiliki orang lain". "orang lain? memangnya sejak kapan kalian saling memiliki? bukankah kaliah selalu saling diam?" arrrghhhhh aku kesal dengan dua orang egois ini. entahlah terkadang aku kesal terkadang aku mengagumi mereka berdua. dia hanya tersenyum ketir melihatku lalu memalingkan mukanya dan aku beranjak pergi.

"bolehkah aku tahu, tiga tahun ini berapa kali kau berkata-kata dengannya?". dia mengangkat kepalanya dan menoleh padaku dan tersenyum. "kau tahu aku hanya melihatnya dua kali tersenyum padaku. pertama ketika kita pulang kuliah umum. saat itu dia memakai kemeja merahnya, berjongkok didepan tangga dan mata kami bertemu, dia tersenyum manis dan indah sekali, sedangkan aku terpana melihatnya. kedua beberapa minggu yang lalu dikelas. indah, indah sekali. walau kelang dua tahun tahukah kau dia memakai kemeja yang sama. dan aku tahu itu hari ulang tahunnya. saat itu seharian aku tersenyum membayangkannya. dan aku sangat berharap ketika ku melihat senyumnya yang ketiga, itu bukan yang terakhir. aku berharap itu pembuka jalan bagiku dan dia untuk memberikan senyuman-senyuman kami selanjutnya". giliranku yang menarik napas panjang. yaaaah, aku hargai pilihan mereka. "oh ya dia bilang dia selalu berpikir kau menemukan orang lain selain dirinya bila kalian tidak memakai warna yang sama". dia tersenyum remeh "bodoh mana mungkin itu terjadi. aku hanya hidup sekali, mati sekali dan jatuh cintapun sekali, mana mungkin aku mencari orang lain." aku mengangkat bahu kembali membatin. ingin bersama tapi tak bertegur sapa bagaimana mungkin bisa bersama. GILA!

Ketika semua mendukung hubungan mereka, mereka menjauh. ketika waktu semakin dekat untuk memisahkan mereka usaha mendekatkan diri kembali susah. hanya diam dan diam aku geram, segeram-geramnya. sebentar lagi kami lulus. dua semester lagi setelah itu akan menjadi pengangguran yang pontang panting cari kerja. liburan semester, aku putuskan untuk memutuskan kontak dengan semua orang. aku pergi kesebuah desa kecil yang asri. tak ada gedung-gedung, jungfood, karoke bersama yang lain. aku mencari ketenangan dan kebahagiaan untuk diriku sendiri. dua bulan aku di desa ini. senang sekali merasakan sejuknya hawa pegunungan ini. air yang dingin serta keramahan penduduk tak kelak membuatku enggan meninggalkan tempat ini. namun apa mau dikata, kewajibanku menuntut ilmu harus kupenuhi. 

masih seperti biasa, semua yang terjadi dikampus monoton seperti biasa. yang menarik bagiku tentu saja memperhatikan kedua temanku itu. akhirnya hari itu tiba. saatnya memakai toga. aku dan mereka memakai toga hal yang diimpikan semua mahasiswa. selang dua bulan dia pindah keluar negeri melanjutkan cita-citaku. ada rasa tak tega ketika ku melihat sahabatku ini. dia menjadi murung lebih murung dari biasanya. karena dia tak lagi bertemu dengan adamnya semenjak kelulusan itu. dan kini dia pergi. mereka berpisah tidak hanya oleh jarak, namun oleh pulau, benua dan lautan yang luas.

tiga tahun berlalu kini dia bekerja disana tanpa pulang ketanah air. hari ini dia akan bertemu teman-teman satu kampusnya dulu yang juga bekerja dan melanjutkan kuliah di negara ini. semua nampak bahagia. nampak lebih mapan, gagah, cantik dan tersenyum lepas, bernostalgia masa-masa kuliah mereka dulu. walau hanya dua puluh orang pesta kecil itu cukup meriah. salah seorang membunyikan cangkir dengan garpu kecil untuk mencari perhatian semua yang hadir. ada yang ingin disampaikannya. "kita kedatanganya tamu satu lagi, please wellcome... mister" dia mengedipkan matanya kearah orang yang akan masuk sambil menggelengkan kepalanya ke kanan menyuruh orang yang dipanggilnya mister itu masuk keruangan itu. hatinya berdegup kencang tiba-tiba. ruangan yang tadinya dingin terasa hangat. leher, telapak tangan, wajahnya serasa panas. "benarkah yang kulihat? benarkah itu dia? Tuhan sungguh kuasaMu". dia terpana. sekali lagi dia melihatnya. mata mereka bertemu saling menatap. dia melihat senyum itu. senyum indah yang membuatnya selalu tersenyum sepanjang hari dulu waktu kuliah. dan kini yang ketiga. ditempat yang tak pernah di duganya,ribuan mil mereka terpisah tanpa tahu kabar masing-masing, bertahun-tahun. namun takdir mempertemukan mereka. sungguhlah KuasaNya tak ada yang dapat menduga.

adamnya berjalan menuju tempatnya berdiri. dia tak sadar air matanya telah jatuh. terpana yang membuat dia lupa segalanya. dia mengusap air mata yang jatuh itu. memeluknya. erat-erat seerat mungkin. seolah tak mau wanitanya hilang lagi. dia tersadar, air matanya jatuh lebih deras. betapa sesungguhnya dia lelah dan hampir menyerah dengan semua ini. keyakinannya bahwa mereka akan bersama. keyakinan yang mulai pias melihat semua yang terjadi didepan mata tak menunjukkan arak mereka akan bersama. namun apalah sungguh sekali lagi takdir Yang Kuasa sungguh tak ada yang mampu menebaknya. hingga akhirnya dia melihat senyum adamnya yang ketiga. "tolong jangan pergi" ucap sang adam lirih. "sedetikpun aku tak pernah pergi dari hatimu, maafkan aku". "tak ada yang salah,  kita telah menyepakatinya, bukan?". adamnya mengangguk memeluknya lebih erat dan kembali tersenyum untuk yang keempat. selanjutnya dia selalu menghadiahi wanitanya senyuman hangat setiap saat mereka bersama "tak usah pedulikan mereka lagi" sang adam membisik pada wanitanya. bila dulu mereka menghindar saat semua meneriakki mereka. kini mereka tak lagi menjauh. pelukan itu semakin erat dan hangat hingga kini. wanitanya selalu mendapatkan senyumannya. 

dan aku dan pasanganku masih tetap setia bersama mereka. menemani mereka kapanpun dan dimanapun mereka mencerritakannya kepadaku dan pasanganku. aku dan dia tersenyum lega. akhirnya terimakasih Tuhan~DIARY