Kamis, 16 Februari 2023

Dua tahum sudah aku pergi dan kini aku kembali. Libur panjang menantiku. Hati senang tak terperi, rindu ini akan segera hilang, rindu seorang anak kepada ayah dan ibunya. Tinggal satu belokan lagi maka tugas driver taksi online yang ku tumpangi akan selesai. Aku tak sabar memeluk ayahku dan pusara ibuku. Iya, Ibuku telah tiada tapi dia pergi dengan tenang dan cinta, sesak kehilangan Ibu perlahan terobati melihat betapa ayah menjaga kesetiaan cinta kepada ibu. 

"Maaf mas rumahnya yang mana ya?" Sang supir bertanya sopan.
"Itu rumah Pagar putih sebelah kiri mas"

Jawabku seraya menunjuk rumah bermarmer putih tulang, semua masih sama tak ada yang berubah. Halaman tampak rapih, Ayah masih setia merawat bonsai-bonsainya. Dibagian teras rumah berjajar beberapa bonsai yang telah menemani aku sejak Taman Kanak-kanak. Pohon Mangga dan Jambu yang berjejer dihalaman samping rumah, terlihat teduh. Rumah kami tak mewah tapi siapapun yang datang selalu berkata rumah ini begitu teduh dan nyaman. 
Setelah beberapa kalimat basa-basi, aku segera memasuki rumah. Senyum terkembang diwajahku, banyak cerita yang ingin ku ceritakan kepada Ayah. Kucium tangannya dan memeluknya, dia nampak sehat dan segar walau beberapa kerutan sudah mulai terlihat jelas di wajahnya dan tentu rambutnya sudah semakin memutih. 

"Adam anakku, akhirnya kamu kembali, Ayah udah ga sabar nunggu kamu libur" 

Ayah menyambutku dengan hangat, ayahku seorang yang hangat, dia ramah kepada siapa saja. Bahkan dia tidak pernah kepadaku, dia benar-benar mencukupkan dirinya sebagai seorang Ibu dan Ayah bagiku. Dia memtuskan untuk setia kepada Ibu. Dia bilang di dunia hanya ada satu bidadari dihatiku, begitupun kelak di surga aku hanya ingin satu bidadari, yaitu Ibumu, kasihan istri ke-dua ku nanti dia cemburu, dan aku hanya terkekeh mendengarnya. 

"Adam juga Yah, menjelang wisuda Adam akan nemenin Ayah full"

"Kamu memang selalu bisa diandalakn Dam, Ayah juga udah ga sabar mau datang ke acara wisuda kamu, biar ayah bisa pensiun"

"Tinggal 2 minggu lagi Yah, sabar ya" 

Ayah hanya menganggukkan kepalanya. 

"Besok kita ketempat ibu ya Yah?"

"Tentu saja, ayah sudah memesan bunga lili untuk Ibumu"

Ibu meninggal saat aku kelas 3 SMP, Ibu pergi bersama penyakit yang telah menemaninya dari lahir. Malam sebelum kepergian Ibu, ayah bilang padaku bahwa apapun yang terjadi saat ini, esok atau lusa sudah jadi ketetapan Allah. Ikhlaskan hatimu melepas Ibu, karena dengan ikhlas kita dapat melanjutkan kehidupan kedepan. Hidupku penuh cinta dan kasih dari mereka, walau begitu aku tidak tumbuh menjadi anak yang manja. Sejak kelas lima SD, aku sudah pandai mencuci piring, membereskan kamar tidurku sendiri, mencuci sepatu dan kaus kaki, bahkan sepeda yang aku pakai selama SMP adalah imbalan dari Ayah dan Ibu saat aku berhasil menggantikan pekerjaan Bi Ina kecuali memasak dan menggosok selama satu bulan setiap hari Sabtu dan Minggu. Mereka selalu menekankan padaku berusahalah, bertindaklah walau hasil usaha yang kau lakukan tak sesuai keinginanmu setidaknya kau telah mencoba. Walau waktu itu yang aku pikirkan adalah kita bekerja karena imbalan, hanya imbalan semata baik itu uang atau barang.

------------------------------------------------------^^^^^^^^^^^^^^--------------------------------------------------
Pukul 8:15 kami tiba dipusara Ibu, Ayah memakai topi koboy coklat kesayangannya. Dia Ayahku, tetap terlihat keren di usia 56 tahunnya. Dengan membawa bunga lili dihiasi mawar putih, ayah menundukkan kepalanya sejenak sambil memegang pusara Ibu. Walau aku selalu mencoba ikhlas atas kepergian Ibu, tetap hati ini selalu sedih menahan kerinduan kepadanya. Sering aku berpikir, bagaimana rupa Ibu kini bila dia masih di sisiku. Ibu aku rindu. 

"Kau lihat cantik, anakmu sebentar lagi akan bergelar Master"

Ayah selalu memanggil Ibu cantik, tak peduli didepan orang banyak atau hanya ada aku disana. Ibu wanita yang beruntung mendapatkan Ayah yang romantis, aku selalu berkata seperti itu kepada Ibu dan Ayah. Biasanya Ayah akan berkata 'Akulah yang beruntung mendapatkan Ibumu, Dam' dan Ibu akan tersenyum malu.

"Ibu, Ayah bilang dia akan memberikanku hadiah spesial yang Ibu siapkan karena aku sudah menjadi seorang Master"

"Kado yang telah Ibumu buat hanya untukmu Dam, sesuatu yang merubah hidupku Dam"

Aku hanya menatap Ayah sambil tersenyum bingung menebak kata - kata Ayah. 

"Cantik kami pulang dulu, esok lusa aku dan jagoanmu akan datang lagi, Lili kesayanganmu juga pastinya"

"Ibu, Adam pulang dulu ya."

Dimobil, Ayah tetap memaksakan diri untuk membawa mobil. Dia bilang selama aku belum menikah aku tetap anak yang akan dijaganya. Aku masih menjadi tanggung jawabnya. Termasuk membawa mobil, karena nyawaku menjadi tanggung jawabnya. 

"Dam coba kau ambil buku yang ada di dashboard mobil"

 Ada dua buku agenda yang telah berubah warna tapi tetap rapih dan terawat. 

"Itu kado untukmu, dari Ibumu dan ayah"

"Apa ini Yah?"

"Kau baca dan resapi nanti dirumah, seminggu yang lalu ketika kau telepon mengenai Vina salah satu gebetanmu Ayah rasa sudah saatnya kau harus memahami perempuan Dam"

"Kok salah satu sih Yah,
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar